Rabu, 31 Juli 2019

10 Cara Mengatasi Anak yang Suka Berbohong!

Berbohong adalah salah satu sifat yang tidak terpuji. Mirisnya, sebagian anak-anak suka sekali berbohong, baik pada orangtuanya maupun orang lain.

Ya, anak yang suka berbohong menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua untuk mendidik dan mengarahkannya ke arah yang tepat.
Sifat dan kebiasaan ini harus segera diatasi sejak dini agar anak tidak membawa kebiasaan buruk itu hingga dewasa. Karena akan berimbas negatif terhadap masa depannya.
Tapi kalau buah hati anda suka berbohong, jangan panik dan emosi ya. 
Berikut ini adalah 10 tips dan cara yang dapat dilakukan untuk mengarahkan anak yang suka berbohong agar kebiasan tersebut hilang dan anak menjadi pribadi yang lebih baik lagi:
1. Bersikap bijak
Hindari memojokkan anak untuk mengakui kebohongannya dengan cara memaksa anak. Sebaliknya, lakukan pendekatan persuasif dengan lembut dan bersahabat sehingga anak nyaman dan cenderung lebih mudah mengakui kesalahannya.
2. Jangan emosional
Seringkali, orang tua langsung marah saat mengetahui anaknya berbohong dan mengeluarkan kata-kata kasar atau bahkan menghukum anak secara fisik. Tindakan ini hanya akan membuat anak merasa trauma dan akibatnya di lain waktu dia akan tetap berbohong karena merasa dendam terhadap orang tuanya. So, jangan  terbawa emosi ya. Dekati anak dengan lembut agar dia mengungkapkan alasannya.
3. Cari tahu penyebabnya
Salah satu cara mengatasi anak yang suka berbohong adalah menyelidiki dan mencari tahu apa yang membuat anak sampai berbohong. Hal ini penting untuk dilakukan oleh orang tua agar Anda dapat lebih bijaksana menyikapi kesalahan anak.
4. Jelaskan konsep dan efek kebohongan
Berikan penjelasan dengan bahasa sederhana yang mudah dipahami anak tentang bahaya berbohong. Selain itu, anak juga akan mengerti bahwa berbohong adalah tindakan yang tidak baik bila ia diberikan penjelasan dan contoh akibat dari perbuatan bohongnya bagi dirinya sendiri dan orang lain.
5. Hukuman yang mendidik
Hukuman juga perlu diterapkan saat anak berbuat kesalahan agar anak jera dan berpikir ulang saat lain kali ia hendak melakukan kesalahan serupa. Hindari memberikan hukuman fisik pada anak dalam bentuk apapun. Berilah hukuman yang mendidik seperti melarang anak bermain di luar rumah untuk sementara waktu, memotong uang saku anak atau hal lain yang sifatnya mendidik.
6. Luruskan imajinasinya
Jika anak berbohong karena  daya khayal atau imajinasinya, berikan respon yang positif lalu jelaskan pada anak gambaran yang sebenarnya. Contohnya, saat anak mengatakan ia melihat kuda  terbang di langit. Orang dewasa tentu menganggapnya sebagai khayalan semata. Namun, berilah tanggapan positif ke anak sembari meluruskan hal yang benar sesuai kenyataan.
7. Hargai anak
Saat anak berhasil menunjukkan perilaku jujur dan tidak lagi mengulang kesalahannya berbohong, berikan apreasi pada anak dengan cara yang spontan namun bermakna. Orang tua bisa memberikan pujian dengan kalimat lisan, memeluk anak, mengelus kepalanya, mengangkat jempol dan lain sebagainya. Meskipun kejujuran yang dikatakan oleh anak kadang tidak selalu berupa perbuatan yang benar, namun setidaknya dia sudah berusaha untuk jujur dan mengakui kesalahannya apa adanya. Sepatutnya sebagai orang tua Anda mengapresiasi anak sembari mengarahkan perilakunya ke arah yang lebih baik.
8. Pererat ikatan emosional antara anak dan orang tua
Kedekatan emosional dengan orang tua akan membuat anak merasa aman sehingga ia akan lebih terbuka, karena ia merasa bahwa ia dihargai dan dipercaya oleh orang tuanya. Sebaliknya, bila antara anak dan orang tua tidak memiliki ikatan emosi yang kuat, anak cenderung tumbuh menjadi seorang pemberontak dan sering berbuat hal tercela untuk menarik perhatian orang tuanya.
9. Pembiasaan yang konsisten
Membentuk perilaku anak haruslah dilakukan dengan pembiasaan yang konsisten dan berkelanjutan. Hal ini bertujuan agar anak tidak bingung mana hal yang baik untuk dilakukan dan mana yang tidak baik. Perlu diingat, orang tua harus membekali dengan contoh sehingga anak akan jauh lebih paham. Pastikan anak memahaminya dengan benar.
10. Tanamkan nilai agama
Sebagai manusia yang beriman dan beragama, sudah menjadi tanggung jawab dan kewajiban Anda sebagai orang tua untuk mengajarkan nilai-nilai agama kepada anak sebanyak-banyaknya. Dengan bekal ilmu agama yang cukup, anak akan paham dengan sendirinya bahwa berbohong adalah salah satu perbuatan tercela yang dibenci oleh Tuhan.
Jangan lupa untuk selalu mendampingi anak ya. Perlakukan mereka dengan penuh perhatian dan kasih sayang. Kenali juga pergaulan mereka di luar rumah. Mengenali dan memahami lingkup pergaulan anak baik di sekolah maupun di rumah akan membantu Anda sebagai orang tua untuk melihat dan menyaring apakah teman-temannya memberikan pengaruh positif pada karakternya atau justru sebaliknya.

Kenali "Bohong Kecil" Sesuai Fase Usia Anak.

Anak-anak itu semakin pintar, semakin pintar pula mereka bisa memanipulasi kita dan ujung-ujungnya jadi berbohong. Hal ini sebenarnya masih ada perdebatan, apakah wajar atau tidak wajar anak-anak berbohong, baik berbohong kecil maupun berbohong besar.

Sebelum mengambil sikap, kenali dulu kebohongan buah hati berdasarkan fase usia.
"Benar, Bu. Bukan aku, kok, yang makan kue untuk nenek!" Ranindra, putri semata wayang Wanda, bersikeras saat sang ibu bertanya. Wanda tahu betul putrinya yang berusia 4 tahun ini mengambil potongan kue yang dibeli untuk mertua. Namun entah kenapa, Ranindra tak kunjung mau mengakui. "Bukan masalah kuenya, sih, Pa. Hanya saja, masih kecil, kok, dia sudah berbohong, ya?" ujar Wanda pada suami. Faktanya sejak kecil memang buah hati mungkin saja melakukan kebohongan-kebohongan kecil yang membuat kita gemas. Pasalnya, kadang kala kebohongan dilakukan untuk alasan yang tak dapat dimengerti. Padahal kita selalu berupaya untuk mengajarkan nilai-nilai kejujuran sejak dini, bukan? Sebelum menilai macam-macam, kenali saja dahulu kebohongan yang biasa dilakukan buah hati sesuai dengan rentang usianya.

Anak Batita
Usia 2 atau 3 tahun memang sangat dini untuk berbohong. Mungkinkah mereka berbohong bila kemampuan bicara pun belum terlalu fasih? Para pakar parenting  mengenali kebohongan anak usia di bawah tiga tahun umumnya menyangkut hal-hal yang sangat sederhana. Salah satu contoh, anak keberatan dan menolak saat Anda hendak mengecek pospak atau celananya karena malas melakukan aktivitas membersihkan diri atau mengganti pakaian. Di usia ini, mereka mulai berpikir untuk bersembunyi saat merusak barang atau mengompol dengan harapan orangtua tak mengetahui apalagi memarahinya. Kadang, tingkah batita ini memang membuat Anda heran. Bisa-bisanya mereka berpikir demikian? Namun memberikan hukuman tentu tak bijak, karena pada dasarnya mereka belum mengerti benar dan salah. Strategi yang diberikan pakar psikiatri anak, Michael Brody, M.D., adalah mengurangi intensitas bertanya. "Alih-alih bertanya apakah ia yang menghabiskan kue, memecahkan vas, atau hal lainnya, pada usia ini lebih baik katakan saja bahwa kuenya habis atau vasnya pecah," ujarnya.

Lalu, ajak buah hati ikut serta saat Anda melakukan solusi. "Jika orangtua membuat tuduhan pada anak, apalagi dengan nada marah, anak justru akan berbohong atau memberikan pembelaan diri," tegas Brody.

Anak Balita 

Sementara usia 3-5 tahun adalah fase saat imajinasi anak mulai kaya dan ia kesulitan memisahkannya dengan realita. Tak sedikit anak di usia ini yang merasa memiliki teman khayalan dan percaya bahwa ada sosok monster atau peri di dalam hidupnya. Maka di usia ini, jangan kaget bila buah hati sering bercerita panjang lebar mengenai suatu kisah yang tak masuk akal. Imajinasi ini bisa murni sebagai salah satu caranya bermain, namun bisa pula dijadikan obsesi yang sangat memengaruhinya. Apa tandanya imajinasi ini mulai mengganggu? Elizabeth Berger, M.D., penulis buku Raising Kids with Characters , menyampaikan indikasi utamanya. "Selama ia masih terlihat senang, tidak menjadi penyendiri alias tetap berhubungan baik dengan orang-orang yang ada di lingkungannya, berarti masih aman-aman saja," terangnya.

Usia Sekolah 
Di usia sekolah dasar, yaitu sekitar 5-10 tahun, alasan di balik kebohongan anak mulai dapat dipahami, meski tetap tak dapat diterima. Di usia ini anak bisa berbohong untuk meminimalkan kekecewaan orangtua atau menghindar dari hukuman yang akan diberikan. Sebagai contoh, ia bisa saja mengatakan tak ada PR dari sekolah karena malas mengerjakan. Saat Anda mengetahui buah hati berbohong dan apa alasannya, kini Anda bisa mempertimbangkan dan mengambil sikap. Apakah ia membutuhkan teguran saja atau bisa diberi hukuman kecil seperti tak boleh menonton TV? Di usia ini pula, jangan kaget apabila anak sudah mengetahui konsep "berbohong untuk kebaikan". Misalnya, ia mengaku telah mengotori meja makan padahal sang adik yang melakukannya. Meski buah hati telah menunjukkan kepekaan sosial dan kepedulian, namun Anda tetap harus memberikan pemahaman.

Praremaja 

Usia 9 tahun ke atas, anak yang tergolong praremaja ini sudah mengembangkan ide-ide mengenai kebenaran dan kebohongan, namun dengan batas yang masih samar. Anak di usia ini mulai kritis mempertanyakan realitas yang tak mereka percayai. Selain itu, wajar pula bila anak mulai sedikit tertutup tentang kehidupannya. Brody mengemukakan, ini bukan pertanda buah hati mulai tak jujur atau telah melakukan kesalahan, melainkan sebagai salah satu tanda tumbuh kembangnya menuju keremajaan. Ketidakjujuran yang dilakukan anak usia ini adalah seputar pekerjaan rumah, nilai ujian, atau kewajiban-kewajiban yang tak dilakukan. Bagaimana menyikapinya? Pertama, coba tunjukkan bahwa Anda tak senang dengan sikapnya yang mulai tak jujur. Kemudian, tanya alasannya melakukan hal tersebut. Jika anak masih membantah sementara Anda yakin ia telah berbohong, jangan langsung memarahinya karena anak bisa bersikeras dengan kebohongannya. Diamkan terlebih dahulu, kemudian cari waktu yang tepat untuk membahasnya.

Namun ingat, mengajarkan nilai kejujuran harus disertai contoh dari orangtua. Bila orangtua menerobos lampu lalu lintas, melakukan kebohongan pada orang lain di depan anak, atau hal lainnya, anak seolah diberi pembenaran bahwa ia pun boleh melakukannya. 


Kenapa Bohong, Nak? 
Berikut beberapa alasan penyebab si kecil berbohong. 
1. Menunjukkan Identitas Dorongan dari lingkungan bisa saja membuat buah hati berbohong untuk diterima di lingkungan tersebut. 
2. Mendapat Perhatian Tak jarang, buah hati yang usianya masih kecil berbohong tentang hal-hal yang mustahil hanya untuk mendapatkan perhatian.
3. Menjaga Perasaan Anak kecil dinilai selalu jujur saat dimintai pendapat. Namun, seiring berjalannya waktu, orangtua sering pula meminta buah hati untuk tak mengatakan suatu hadiah jelek atau tak ia sukai karena bisa membuat yang memberi sedih. Maka, ia pun belajar "berbohong demi kebaikan" untuk menjaga perasaan orang lain. 

4. Menghindari Masalah atau ­Hukuman Ini alasan yang paling sering dilakukan. Pada sebagian anak, saat ia berbuat salah secara sengaja atau tidak, ia memilih berbohong agar tak dimarahi atau dihukum.

Minggu, 28 Juli 2019

7 Tips Memilih Kegiatan Ekstrakurikuler untuk Anak

Kecerdasan majemuk membuat setiap anak menjadi unik.
Kadang, sekolah saja tidak akan cukup untuk memperkuat bakat dan meningkatkan kecerdasan alami mereka. Mereka perlu pelajaran ekstrakulikuler yang sesuai dengan minat mereka. 
Menentukan kegiatan ekstrakurikuler untuk anak ini juga gampang-gampang susah. Banyak pilihan tersedia tapi belum tentu semua tepat dan nyaman bagi Si Anak.
Tujuh panduan di bawah ini mungkin bisa menjadi pertimbangan Mama dan Papa, agar lebih mudah menentukan pilihan.

1. Hindari kegiatan akademis

Sampai saat ini banyak orangtua beranggapan bahwa les privat atau bimbingan belajar termasuk dalam kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan tambahan di luar sekolah ini dianggap sangat edukatif bagi anak. Mungkin sih, secara teori memang benar edukatif. Tapi coba pertimbangkan dampak psikologisnya.
Sebaiknya pilih kegiatan yang jauh dari mata pelajaran di sekolah. Kalaupun tertarik dengan kursus berhitung dan bahasa asing, ambil 1-2 hari saja dalam seminggu.
Sisanya, carikan anak kegiatan yang seru dan menyenangkan.

2. Sedikit teori banyak praktek

Kegiatan ekstrakurikuler yang baik untuk anak sebaiknya minim teori dan didominasi praktek.
Selama belajar di kelas, ia lebih banyak berperan pasif. Duduk rapi mendengarkan penjelasan dan menerima perintah.
Tidak bisa dipungkiri bahwa inilah yang masih terjadi di banyak sekolah, metode belajar yang satu arah.
Seorang anak juga butuh ruang untuk mengekspresikan dirinya. Menjadi pihak yang aktif, melakukan sesuatu atas kehendak dan kreativitasnya.
Jadi pilihkanlah kegiatan yang lebih banyak praktek. Sekaligus untuk menyalurkan energinya dengan cara positif dan membuang penat.

3. Utamakan olahraga dan kesenian

Untuk awal-awal, prioritaskan kegiatan yang berbau kesenian atau olahraga. Dua bidang ini cukup menyenangkan dan memberi banyak ruang ekspresi.
Rata-rata orang dewasa memiliki hobi di bidang olahraga atau kesenian. Jadi semakin dini Mama mengenalkannya pada anak, ia bisa menentukan minat untuk ke depannya.
Jangan hanya mengacu pada satu jenis kegiatan saja, cobalah dua sekaligus. Misalkan renang dan bela diri, atau sepak bola anak untuk laki-laki.
Semakin banyak pilihan kegiatan yang ia coba, referensi minatnya akan bertambah.

4. Sesuaikan dengan minatnya

Nah, untuk Mama yang sudah berhasil mengenali minat Si Anak, mengarahkannya pada kegiatan yang sesuai adalah pilihan paling tepat.
Cara anak menunjukkan dan memahami minatnya memang tidak sama. Ada yang sejak kecil sudah nampak, ada yang sampai remaja atau dewasa baru terlihat.
Beruntung bagi anak Mama yang sudah bisa mengidentifikasi minatnya. Akan lebih mudah membantunya menyalurkan minat pada kegiatan yang positif.

5. Berlakukan sistem percobaan

Setelah memutuskan kegiatan untuk anak, berlakukanlah sistem percobaan.
Ambil rentang waktu sekitar 1-2 bulan untuk mengamati bagaimana dampak kegiatan tersebut pada perkembangan otak dan psikologisnya. Jika Si Anak ternyata tidak nyaman, jangan dipaksa meneruskan dan carikan kegiatan lain.
Coba kenalkan pada kegiatan lain sampai ia merasa ada satu yang cocok.
Membantu anak menemukan minat dan bakatnya sejak dini sangat penting agar kelak, mereka memiliki sesuatu yang membuat mereka bangga dan aktif. 


6. Keuntungan mengikuti kegiatan tersebut

Sebagai orangtua, kita ingin anak-anak menggunakan waktu mereka dengan bijak, dan sebaiknya mereka terlibat dalam kegiatan yang memberikan keuntungan jangka panjang.
Jika kegiatan tersebut justru memakan banyak waktu dan uang, sebaiknya Mama dan Papa mempertimbangkan kembali apakah ini memberikan keuntungan yang baik bagi Si Anak. 

7. Pertimbangkan biayanya!

Sebaiknya orangtua perlu bijak memilih kegiatan ekstrakurikuler anak karena ini akan mempengaruhi anggaran keluarga. Sesuaikan pilihan kegiatan dengan keadaan keuangan keluarga. 
Jika Mama dan Papa merasa kalau kegiatan ini benar-benar memberikan manfaat dan keuntungan untuk anak, namun membutuhkan biaya yang tak murah, ini saatnya Mama dan Papa melakukan pengorbanan tambahan untuk memberikan yang terbaik untuk Si Anak.
Di sini, komunikasi menjadi kunci utama yang harus dilakukan oleh orangtua dan anak. Tanyakan, apakah Si Anak akan bersungguh-sungguh menjalani kegiatan ini dan apakah ia tidak akan lupa dengan tugasnya sebagai pelajar. Kalau ia serius, maka Mama bisa meyakinkan diri untuk membiayainya. 
Yuk, dukung tumbuh kembang anak sampai maksimal!




Senin, 22 Juli 2019

Kenali 8 Tanda Anak Anda Menjadi Korban Bullying di Sekolah


Sekolah seharusnya menjadi rumah kedua bagi anak untuk berlindung dan mengenyam pendidikan. Namun bagi sebagian besar anak, sekolah malah menjadi salah satu tempat paling menakutkan dalam hidupnya. Menurut laporan UNICEF tahun 2015, 40 persen anak Indonesia mengalami bullying di sekolah. Sementara menurut laporan ICRW (International Center for Research on Women) juga pada tahun yang sama, hampir 84% anak di Indonesia mengalami tindak kekerasan di sekolah yang berakar dari tindakan bullying.
Mirisnya, tindak kekerasan ini bisa terjadi tanpa sepengetahuan guru atau pihak berwenang lainnya di sekolah. Pada banyak kasus, anak korban bullying pun tidak berani memberi tahu siapapun tentang kondisi yang dialaminya karena diancam oleh oknum penindasAkibatnya, pihak sekolah pun kesulitan untuk melacak tindakan tersebut.
Apabila pihak sekolah tidak bisa mendeteksi atau tidak mengambil tindakan terhadap kasus bullying, sudah tugas Andalah sebagai orangtua untuk melihat tanda-tanda bullying yang mungkin dialami oleh anak di sekolahnya.

Apakah bullying hanya terjadi di sekolah?

Tidak. Bullying bisa terjadi di mana saja, mulai dari ruang kelas, toilet, kantin, halaman, pintu gerbang, bahkan di luar pagar sekolah. Bullying juga bisa terjadi pada saat anak menggunakan transportasi umum atau bahkan lewat interaksi di sosmed, alias cyberbullying. Bullying di sekolah bisa dilakukan oleh teman sepantara, kakak kelas, atau bahkan oknum pendidik. Tidak menutup kemungkinan juga bullying bisa terjadi dalam lingkungan keluarga dan pertemanan di rumah.
Bullying itu sendiri bisa berupa kontak fisik, seperti memukul, mendorong, menjambak, mengambil barang, menendang, mengunci anak dalam ruangan, hingga mengancam memalak uang jajan. Di sisi lain, bullying juga bisa berupa kekerasan verbal, seperti mencemooh, memaki, memberi nama panggilan yang bersifat menjelekkan, mengabaikan, mengucilkan, menyebar gosip atau fitnah, menyebar foto tak senonoh, memanipulasi hubungan pertemanan (korban disuruh ini-itu dengan alasan “teman”), hingga mengirim teror atau ancaman lewat pesan singkat dari hape maupun akun sosial media. Bullying juga bisa berwujud pelecehan seksual, dengan melontarkan komentar-komentar merendahkan atau tindakan kekerasan seksual nyata.

Apa tanda-tandanya jika anak menjadi korban bullying?

Menyadari tanda-tanda awal anak menjadi korban bully memungkinkan orangtua untuk melakukan pertolongan secepat mungkin. Pasalnya, dampak bullying di sekolah bisa membekas permanen pada kepribadian dan kesehatan fisik anak hingga mereka dewasa nanti. Studi yang dilakukan di Eropa, Asia, dan Amerika bahkan melaporkan bahwa anak korban bully berisiko hingga 2,5 kali lebih besar untuk bunuh diri jika dibandingkan dengan anak yang tidak pernah mengalami bullying di sekolah.
Sebagai orang tua, ada baiknya Anda mengenal tanda atau gejala yang biasanya ditunjukkan korban bully, baik secara langsung maupun tidak langsung. Berikut adalah beberapa tanda-tanda peringatan untuk Anda waspadai:
  • Sulit tidur (insomnia)
  • Sulit berkonsentrasi di kelas atau kegiatan apapun
  • Sering membuat alasan untuk bolos sekolah (biasanya ditandai dengan mulai membuat-buat gejala penyakit, seperti pusing, sakit perut, dan sebagainya).
  • Tiba-tiba menjauhkan diri dari aktivitas yang disukai sebelumnya, misalnya ekskul sepak bola atau bermain sepulang sekolah
  • Tampak gelisah, lesu, muram, putus asa terus-menerus, kehilangan kepercayaan diri, mudah cemas, menutup diri dari orang-orang sekitar
  • Sering mengeluh kehilangan barang atau barang-barangnya rusak. Contohnya buku, pakaian, sepatu, barang elektronik, atau aksesori (jam tangan, gelang, dan sebagainya).
  • Nilai di sekolah menurun, enggan mengerjakan PR atau tugas sekolah lainnya, tidak ingin masuk sekolah, dan seterusnya
  • Timbul luka memar di wajah, tangan, punggung tiba-tiba tanpa alasan. Bisa juga mengalami cedera di gigi dan bagian tubuh lainnya. Tapi anak mungkin berkilah ia terjatuh dari tangga atau kejedot di sekolah.
Namun memang tidak ada cara mudah untuk benar-benar mengetahui apa benar anak Anda menjadi korban bullying di sekolah. Banyak tanda dan gejala yang ditunjukkan anak korban bullying mirip dengan tipikal perilaku remaja pada umumnya. Banyak pula tanda dan gejala bullying yang mirip dengan masalah kesehatan mental yang sudah lebih dulu ada, misalnya depresi atau gangguan kecemasan. Bullying itu sendiri pun bisa menjadi pemicu timbulnya kedua penyakit mental ini.
Penting untuk memperhatikan jika ada beberapa tanda dan gejala di atas yang terjadi di saat yang bersamaan, jika terjadi tiba-tiba, dan jika perilaku tersebut tergolong ekstrem. Ini mungkin saatnya Anda turun tangan dan melaporkan kecurigaan Anda pada pihak berwenang di sekolah.
Kita perlu meninggalkan persepsi bahwa tindakan bullying tidak berbahaya dan menjadi bagian alami dari proses tumbuh kembang anak. Intimidasi dan penganiayaan harus dianggap sebagai bentuk lain dari stres beracun yang efeknya memiliki potensi besar pada kesehatan mental dan fisik seseorang.

Cara bertanya pada anak apakah ia menjadi korban bullying di sekolah

Jika Anda mencurigai adanya perubahan sikap dan perilaku anak yang terkait dengan gejala korban bullying seperti di atas, jangan takut untuk datang langsung dan bertanya lembut namun pasti pada anak remaja Anda, seperti “Ada masalah apa, nak di sekolah?” atau “Kamu pernah diganggu sama teman di sekolah?”. Anda sebagai orangtua harus lebih aktif untuk memancing anak curhat karena tidak sedikit korban bullying yang menyembunyikan penderitaan mereka di sekolah dari orangtuanya.
Meskipun tidak ada orangtua yang ingin mendengar “ya” untuk pertanyaan-pertanyaan seperti ini, ada baiknya bersiap untuk itu. Putuskan di awal, bagaimana Anda akan menanggapi jawaban “ya”. Pastikan Anda meyakinkan anak Anda bahwa Anda akan menjaganya, dan Anda hanya ingin yang terbaik untuk hidupnya.
Tentu saja tidak semua remaja akan otomatis mengakui penganiayaan yang ia terima di sekolah, dan “tidak” juga bisa berarti anak Anda membutuhkan bantuan untuk masalah kesehatan mental tertentu. Itu sebabnya para ahli sangat menyarankan Anda mempertimbangkan mendapatkan penilaian profesional terhadap kondisi anak Anda dengan dokter anak atau psikolog untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
Dalam kasus anak korban bullying, jangan takut untuk berbuat salah demi kewaspadaan. Bekerja sama dengan orang-orang profesional untuk membantu anak remaja Anda adalah cara terbaik untuk memastikan ia memiliki masa depan yang sehat.

Rabu, 17 Juli 2019

Lomba Kreativitas Merakit Lego

Sekolah sudah dimulai bagi anak-anak Bilik Dolan, tetapi karena masih awal tahun ajaran baru, mereka belum ada PR dan ulangan bagi anak-anak tersebut.
Setelah pulang sekolah dan tidur siang, mereka mencari kegiatan yang mengasyikkan dan menumbuhkan kreativitas bagi mereka.
Kami setelah memikirkannya, mengadakan lomba merakit lego, dimana kreativitas dari mereka akan kami nilai dan ada hadiahnya juga loh....Seru & mengasyikkan deh pokoknya....





Nantikan lomba-lomba yang seru dari Bilik Dolan berikutnya....

Jumat, 12 Juli 2019

Kegiatan Membuat Smart Phone

Hari ini, anak-anak Bilik Dolan yang liburannya akan segera berakhir, kembali membuat kreativitas, kali ini membuat Smart Phone.
HAH ? emang bisa ?
Bisa dong, namanya juga anak-anak hebat dengan imajinasi dan kreativitas yang tinggi.
Tentu saja tidak membuat smart phone dari bahan elektronik, tapi dari kardus dan karton saja dan memakai crayon dan spidol.
Tentu saja, menunya dibuat sendiri yah, ada menu "youtube", menu "Playstore", dan menu-menu lainnya.
Yang membuat takjub, semua berkreativitas, ada yang membuat sensor jari di belakang, membuat kamera yang bisa ngumpet di atas smart phonenya.
Memang, kita tidak boleh memandang sebelah mata dari kreativitas anak-anak ini, semoga masa depan cerah bagi mereka semua....












Rabu, 10 Juli 2019

Menonton Film di Bioskop, Bermanfaat gak sih ?

Halo semua....
Semua anak-anak kebanyakan suka menonton film di bioskop, apalagi kalau dengan saudara-saudara dan teman-temannya.
Tapi masih ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa itu hal negatif dan kurang bagus bagi perkembangan anak-anak.
Apakah benar ?
Di bawah ini kami tuliskan manfaat dari menonton film bagi anak-anak :
1. Mengenalkan Nilai dan Pengetahuan

Melalui film yang ditayangkan di bioskop, Anda bisa memanfaatkannya untuk mengajarkan nilai-nilai yang dapat mendukung pembangunan karakter anak maupun memberi berbagai pengetahuan pada anak. Inilah kenapa Anda perlu selektif memilih film yang akan ditonton untuk memastikan film cukup sederhana dan mudah dipahami anak sesuai dengan usia maupun pemahamannya.

2. Memperkaya Bahasa

Belajar bahasa juga bisa didapat dari menonton film. Anak
bisa belajar banyak kosa kata baru, mengucap, merangkai, hingga memaknai kata. Ini semua bisa memperkaya kemampuan serta keterampilannya berbahasa. Bila anak sudah mulai belajar berbahasa asing, film juga dapat membantunya.
3. Berpikir Kritis
Selepas menonton film di bioskop, Anda bisa memacu anak untuk berpikir kritis. Setelah nonton, beri anak kesempatan untuk menceritakan kembali isi film, menjelaskan perasaan dan apa yang ia dapat, hingga mengomentari tokoh-tokoh atau konflik dalam film itu.
Pancing juga anak dengan pertanyaan-pertanyaan dan
diskusikan bersama, Moms. Jika Anda lakukan telaten, bukannya tak mungkin si kecil akan tumbuh jadi pribadi kritis dan solutif, lho.
4. Memacu Kreativitas
Anak belajar dengan meniru dan berimajinasi. Itulah mengapa,
anak kecil seringkali membuat takjub dengan ide atau kreativitas yang dibuatnya. Nah, itu salah satunya ia dapat dari pengetahuan dan pengalaman pada apa yang ia lihat seperti film di bioskop.
5. Menghargai Orang Lain
Menonton film di bioskop tak jarang mengharuskan untuk
mengantre tiket atau giliran masuk ruangan, belajar etika menonton film, hingga mengapresiasi orang-orang yang bekerja keras di balik layar misalnya. Itulah pelajaran penting bagi anak tentang menghargai orang lain. 
6. Refreshing
Jelas, menonton film bisa jadi momen bersantai dan liburan
bagi si kecil yang menyenangkan. Apalagi, jika ia tiap hari lelah dan jenuh dengan padatnya aktivitas sekolah.
7. Bonding
Jangan lupa ajak serta anggota keluarga tercinta yah, karena bisa mempererat bonding satu sama lain. Ini bisa jadi solusi bagi anda para orang tua sibuk tapi ingin tetap dekat dengan anak lho.

Contohnya seperti di bawah ini, dimana kami kembali mengadakan kegiatan nonton film bersama, dimana kali ini kami memilih film anak-anak yang lagi ngetrend, yaitu Film Toy Story 4. Anak-anak pada happy banget dan senang...


Nantikan kegiatan nonton film bersama berikutnya....

Melukis bareng yuk....

Halo semua...

Menjelang libur berakhir, kami mengadakan kegiatan melukis bersama dengan semua anak-anak yang ada di Bilik Dolan.

Manfaat Melukis : 

1. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi
Melukis membantu kita untuk berkomunikasi secara berbeda melalui bahasa personal. Ini merupakan manfaat yang baik bagi orang-orang yang memiliki permasalahan dalam berkomunikasi ataupun dalam mengekspresikan diri sendiri, seperti autisme, disabilitas  dan lainnya.
2. Sarana Terapi
Melukis adalah kegiatan individu baik di dalam ruangan maupun luar ruangan. Melalui kegiatan ini seseorang dapat membuat dunia sesuai dengan keinginannya dimana segalanya menjadi mungkin. Stimulus dari otak kreatif akan membawa seseorang ke suatu tempat yang positif di luar dunia realitas, yang memberikan kenyaman, menumbuhkan perasaan menyenangkan, dan sebagainya. Hal ini dikhususkan bagi orang-orang yang mengalami kondisi kegelisahan dan agresi.
3. Menghilangkan stress
Meskipun manfaat utama dari melukis melibatkan aspek emosional seseorang. Tetapi, banyak orang yang melukis untuk menghilangkan stress. Tekanan dalam kehidupan juga dapat membuat kita lelah. Melukis dapat membuat seseorang merasa rileks. Mereka mampu mengubah stress tersebut ke dalam bentuk warna dan gambar. Sementara mereka meninggalkan dunia yang penuh kekhawatiran dan ketakutan, mereka kemudian masuk ke dunia yang menyenangkan. Menurunkan stress dapat mengurangi risiko penyakit psikis.
4. Mobilitas
Belajar memegang kuas atau pensil dapat menolong kita dalam mengatur gerakan tangan, serta menstimulasi koneksi otak kita di waktu yang bersamaan, sehingga dapat meningkatkan kemampuan koordinasi. Melukis juga menolong orang-orang lanjut usia dalam memperkuat kemampuan motorik mereka.
5. Meningkatkan kecerdasan emosional
Emosi adalah bagian dari dunia kreatif yang kita miliki. Melalui melukis kita dapat mengalirkan emosi kita, sehingga membantu untuk menghasilkan harmoni antara hati dan pikiran yang akan membawa kita pada perasaan bahagia, cinta, empati, dan kedamaian. Dalam kondisi yang sedang kacau, visualisasi dan relaksasi yang didapatkan dari melukis adalah suatu alat untuk mengatur emosional, energi, dan kehidupan spiritual.
6. Meningkatkan kepercayaan diri
Mengetahui hasil kerja keras kita memliki hasil yang baik, dapat membuat diri kita senang dan merasa lebih baik dalam menyelesaikan lukisan kita. Sehingga, dapat menstimulasi rasa kepercayaan diri kita. Mendapatkan respon yang positif dari orang-orang yang melihat lukisan kita juga dapat meningkatkan rasa kepercayaan diri kita.
7. Meningkatkan kemampuan mengingat
Di sisi lain, manfaat kesehatan dari melukis juga dirasakan oleh orang yang mengalami penyakit Alzheimer. Meskipun, mereka memilki masalah pada ingatan mereka, melukis dapat membantu mereka dalam meningkatkan kemampuan mengingat atau memanggil kembali ingatan. Dengan melukis penderita Alzheimer dilatih untuk meningkatkan ketajaman dalam berimajinasi dan berpikir.
8. Meningkatkan kreativitas
Melukis akan menggunakan imajinasi kita, seperti membuat suatu pemandangan, orang-orang, maupun bentuk lainnya. Seseorang dapat melukiskan emosi dan menghasilkan gambar abstrak sebagai outputnya. Sehingga meningkatkan kemampuan artistik yang ada pada otak kanan kita. Selain itu, otak kiri yang biasanya dominan pada kemampuan analisis, dapat juga terstimulasi untuk menghasilkan kreativitas.
Mengetahui hal tersebut, melukis sangat direkomendasikan untuk anak-anak. Dibuktikan, banyak anak-anak yang sedang mengalami perkembangan di umurnya lebih banyak memilih kegiatan melukis. Dengan melukis, dapat mengembangkan kemampuan otak mereka, mereka akan lebih siap dalam menyelesaikan tugas akademik. Selain itu, mereka dapat lebih mudah dalam mendapatkan teman karena dalam melukis akan ada kegiatan sharing dengan teman-temannya.
9. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
Melukis juga dapat meningkatkan kemampuan dalam beripikir kritis dan memecahkan masalah. Nyatanya, melukis memungkinkan seseorang untuk menyadari bahwa terdapat banyak solusi untuk menyelesaikan satu permasalahan. Dalam menghasilkan suatu karya, seseorang akan dilatih untuk mengembangkan suatu teknik dimana mengubah kertas putih menjadi suatu karya serta melatih untuk berpikir yang out of the box.
10. Meningkatkan kemampuan observasi
Melukis dapat meningkatkan kemampuan observasi seseorang dengan lingkungan sekitarnya. Hal tersebut berhubungan dengan properti melukis seperti pewarnaan, shading, dan lainnya. Mata kita akan terlatih untuk menyesaikan sesuatu yang merumitkan dalam menyelesaikan lukisan. Sehingga, akan meningkatkan konsentrasi otak kita. Dengan demikian, kemampuan observasi juga akan meningkat seiring terbiasanya diri kita untuk melukis.
11. Menambah penghasilan
Beberapa manfaat lain dari melukis selain manfaat bagi kesehatan, terdapat juga manfaat bagi kehidupan pada sisi lain. Melukis juga dapat menjadi suatu aktivitas yang konvensional. Banyak orang yang hobi melukis kemudian menjadikannya sebagai mata pencaharian maupun penghasilan tambahan.












Nah, jadi semua sudah tahu kan manfaat dan hal positif dari melukis, mari kita biasakan dan budayakan anak-anak untuk mencoba melukis sedari kecil, hasilnya berantakan atau belum bagus ya tidak apa-apa, yang penting mereka sudah mencoba....
Keep Trying Kids.....

Senin, 08 Juli 2019

Kreativitas ala Anak-Anak Bilik Dolan....

Lagi-lagi kami kembangkan kreativitas, untuk anak-anak Bilik Dolan, agar mereka tidak bosan dan mengasah kreativitas mereka....














Sampai bertemu di kegiatan kami selanjutnya....

Keceriaan anak-anak Bilik Dolan di Taman Kota

Halo semua.... Berjumpa kembali dengan blog Bilik Dolan... Setelah sempat ditutup beberapa lama untuk direnovasi, kembali Taman Kota 1 di...